OH, KEADILAN DIMANA ENGKAU GERANGAN?


Pekanbaru Indra Azwan belum menyerah mencari keadilan. Jalan kaki yang dilakoninya sejak dari Malang Jawa Timur sudah berlangsung 96 hari. Di hari ke-96, kakinya telah menapak Pekanbaru. Kaki kapalan, kuku copot, hingga sol sepatu aus tidak menjadikannya berhenti berjalan.

Pria 53 tahun ini telah berganti dua sepatu lantaran sol sepatunya aus digunakan berjalan kaki terus menerus berhari-hari. Ketika tiba di Pekanbaru, Indra mengenakan kaos hitan dan celana loreng ala Kopassus. Di bahunya, Indra menyandang tas ransel yang terpancang bendera merah-putih di bagian atasnya. Tidak ada rona lelah di wajah pria yang rambutnya sudah mulai beruban itu.

Indra memang bukan selebriti atau tokoh politik, namun sosoknya sudah cukup dikenal luas. Beberapa kali media massa menulis kisahnya lantaran pria ini nekat akan berjalan kaki hingga ke Makkah, Arab Saudi. Dia juga berniat pergi ke Gedung Sekretariat PBB di AS.

Di Pekanbaru, Indra sempat beristirahat di bawah pohon rindang di tengah trotoar depan Kantor Gubernur Riau. Tak lama melepas penat, Indra langsung diajak jurnalis untuk nongkrong di kantin Kantor Berita Antara di Jalan Sumatera.

Di kantin itu sudah menunggu sejumlah anggota komunitas Arek Malang (Arema) yang ada di Pekanbaru. Komunitas Arema ini tak henti memberikan semangat untuk bapak 4 anak yang tengah mencari keadilan ini. Indra nekat berjalan kaki hingga Jakarta dan mengadu ke berbagai pihak setelah 18 tahun menunggu keadilan. Dia menunggu keadilan terkait anak pertamanya yang tewas ditabrak mobil milik anggota Polri pada 1993 silam.

Menempuh perjalanan jauh dan melewati sejumlah kota yang ada di Sumatera tentu meninggalkan kesan tersendiri bagi Indra. Karena empati, seorang warga Bekasi bernama Poedji Trisjanto (45) bahkan turut mendampingi Indra sejak dari Jakarta.

Mereka berdua berjalan menyusuri jalan lintas Sumatera, dari Lampung, Palembang, Jambi dan ke Pekanbaru. Sejak dari Malang, Indra hanya berbekal uang Rp 75 ribu. Selama perjalanannya, dengan menggunakan HP, Indra selalu berkomunikasi dengan warga Malang yang ada di Sumatera.

"Di mana saya singgah, selalu saja masyarakat asal Malang di Sumatera ini menunggu kehadiran saya. Dari mereka kadang saya dibantu uang makan dan berbagai kebutuhan lainnya," tutur Indra kepada detikcom, Selasa (5/6/2012).

Indra seolah tanpa letih berjalan kaki, mulai pagi hingga menjelang magrib. Di perjalanan, Indra selalu menginap di 'hotel kuda laut' alias usala yang ada di SPBU. Di situlah, ia mandi, mencuci pakaiannya sekaligus tidur.

"Alhamdulillah, selama dalam perjalanan saya belum pernah sakit," ucapnya.

Kadang ketika menginap di musala, ada juga orang yang iseng bertanya soal aksi nekatnya. Ada juga warga yang bertanya apakah Indra adalah seorang dukun.

"Ada juga yang menyangka kalau saya ini dukun," ujarnya.

Ditanya begitu, Indra hanya tertwa-tawa. Masyarakat yang bertanya ngalor ngidul soal aksinya ini dia anggap sebagai hiburan selama perjalanan.

Pengalaman lain yang didapat Indra, ketika dirinya sampai di Pekanbaru sempat akan dijadikan ajang kampanye untuk menarik simpati pendukung calon Gubernur Riau. Menjelang perjalanannya tiba di Pekanbaru, ada tiga mobil yang mengiringi ia berjalan. Penumpang di mobil itu menawarkan memberi bantuan uang. Namun karena bantuan itu dinilai berkedok politik, Indra menolak.

Indra juga ditawari untuk berkampanye bakal calon gubernur tertentu selama perjalannya. Tidak hanya satu bakal calon gubernur yang melakukan, melainkan sejumlah bakal calon lainnya.

"Saya ditawari ini dan itu yang mengaku tim sukses. Saya nggak mau," kata Indra.

Dari Pekanbaru Indra akan melanjutkan perjalanannya sampai ke kota Dumai yang masih berjarak 200 km lagi. Setelah itu, Indra yang sudah mengantongi paspor akan menyeberang ke Malaysia. Di sana komunitas warga Malang juga akan memfasilitasi Indra untuk menuju ke negara selanjutnya.

"Saya memang tidak mengerti bahasa Inggris untuk memasuki ke negara orang lain. Tapi setiap negara yang akan saya lalui, alhamdulillah ada komunitas Arema. Merekalah yang nantinya akan memandu saya," paparnya Indra.

Sedangkan temannya, Poedji sejak dari Jakarta mengikuti Indra selalu memberikan informasi kepada publik lewat blog, twiter serta email melalui BlackBerry yang dibawanya. Poedji seakan menjadi asisten Indra selama dalam perjalanan. Bahkan selama ikut jalan kaki dengan Indra, Poedji mendapat teman di BBM hinga 350 orang.

"Teman saya ini juga ingin ikut saya jalan kaki. Hanya saja kendalanya sekarang, teman saya itu tidak memiliki paspor. Kalau paspornya nanti bisa diurus di Dumai, dia juga akan ikut,” kata Indra.

Indra melakukan perjalanan ini demi mencari keadilan atas meninggalnya Rifki Andika, anak pertamanya, pada 8 Februari 1993 silam. Sebelum tertabrak, Rifki sedang berjalan untuk menyeberang. Tapi-tiba sebuah mobil menabrak dan menggilas badan Rifki. Sopirnya seketika melarikan diri.

Warga yang melihat kejadian itu sempat mengejar mobil tersebut, namun kehilangan jejak. Belakangan diketahui mobil yang menabrak anaknya dan melarikan diri itu ternyata anggota kepolisian, yang kini sudah menjadi seorang perwira polisi.

Menurut Indra, kasus tabrak lari atas anaknya telah dilaporkan ke polisi militer setempat. Polisi yang bersangkutan sempat ditangkap, namun akhirnya dilepas. Pada 2005, kasus ini dilimpahkan ke pengadilan militer. Kompol Joko Sumantri dimajukan ke kursi pesakitan. Namun
pada 2008, pengadilan tinggi militer memutus bebas buat pelaku. Alasannya, kasus yang disidangkan itu sudah kedaluarsa.

Tak terima atas putusan itu, Indra pun berjalan kaki dari Malang ke Jakarta untuk bertemu Presiden SBY. Indra meminta keadilan atas kematian anaknya itu. Saat itu Presiden SBY sempat memberikan uang sebanyak Rp 25 juta. Namun setelah ditunggu selama 2 tahun, kasus kematian anaknya tidak ada perubahan apa pun, uang pun dikembalikan.

"Uang yang dikasih Pak SBY sudah saya kembalikan," ucap Indra.

Dia berharap tidak ada aral melintang sehingga dirinya berkesempatan mampir ke kantor Sekretariat PBB di AS. Selanjutnya dia akan mengadukan nasibnya kepada Tuhan di Tanah Suci. Indra menaruh harap ikhtiarnya yang demikian panjang, keringat dan air mata yang entah sudah berapa juta kali berderai, akan berujung senyum kepuasan. Senyum saat keadilan benar-benar ditegakkan.

Selamat berjuang Pak Indra!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dewan Perwakilan Monyet

LINGKARAN

JEMBATAN AIRMATA