cayate

ribuan merpati terbang bebas di hati  setiap kepak sayapnya adalah getaran cinta yang meronta  dalam iringan nyanyian kudus sang sufi  melingkar di pucuk-pucuk kubah jiwa  seperti bermain di hembusan angin dan taqdirnya  menggenangi takaran waktu  dan setiap senyuman pagi menjadi asing  oh dia yang telah mencium wangi kesturi  yang melihat cahaya dan mensucikan debu telapak kakinya  padamu plus dan minus bertemu menjadi halilintar  menggelegar menembus langit membidik firmanNya   menembus batas air tertinggi Engkau lelaki bumi terakhir

pahatan di gumpalan hatiku adalah doa dan cinta  yang tersulam sederhana menjadi puisi dan nyanyian  aku ingin mengeja hidup seperti Daud  yang melukis hidupnya dalam gubahan mazmur  aku ingin menjadi murid dari Dia yang terpuji  yang telah menyingkap kegelapan di tanah semenanjung gurun  oh jiwa yang merdeka  aku mendekatimu dengan rapalan mantra suci  yang diwariskan para darwis  yang berjalan dengan hidup penuh kerinduan

ada percikan gerimis di jendela ketika senja perlahan datang membawa aroma tanah pemakaman seperti hari kemarin kau masih duduk terpaku di sana mengenang semua kejadian masa lalu berselancar diatas waktu mengiris hati sendiri dan seperti biasanya luka itu kembali terbuka di atas jiwa yang terus menangis setiap tetes gerimis berubah menjadi airmatamu ada percikan gerimis di jendela ketika senja perlahan datang

Dan hanya seberkas nyala lilin mengusir kelam jiwa  di sepenggal malam  saat lampu-lampu kota dipadamkan  bersama sunyi diri yang dihidupkan  oleh desir angin dingin  di batas kenangku padamu  oh  kekasih jiwa aku luruh fana  tinggal hanya sebatas nama  yang terus bergetar dalam ingatan

Dan hidup pun berjalan diatas gelombang yang terus mengalun  datang bergiliran dari pantai-pantai dan kembali ke pantai tanah daratan  setiap jiwa bermain diatas biduk takdirnya sendiri  dan seperti nelayan di laut  menentukan arah dengan melihat bintang di langit

dan pada senja berjalan itu langit hitam tertutup bentang sayap ribuan burung gagak yang mengincar bangai-bangkai kemanusian yang terkapar pada satu kurun di sebuah negeri permai di bentang katulistiwa ketika para pemimpinnya hanya pandai bicara dan tak cakap berbuat adalah mustahil kau bisa tersenyum ketika rakyatmu terkapar mati berebutan makanan dan kaum perempuannya diperjualbelikan dengan lembaran-lembaran uang asing direnggut kehormatannya lalu dipancung dan pada senja  berjalan itu aku ikrarkan perlawanan pada ketidak-adilan Bukit Alas, 19/11/'11.

bunga di beranda adalah keindahan dalam warna dan susunan seperti kau dan jiwamu  tempat cinta bertengger sepenuh harapan di sepanjang musim berjalan  bunga di beranda adalah kekasih yang tak kan pernah pergi

adalah kerumunan kunang-kunang yang menari dalam sorot lampu kota yang tak berdaya menghalau gerak kaki pengelana menuju tujuan kehidupan dalam era modernis yang setengahnya adalah azas kebendaan hedones kelaparan yang tak pernah kenyang mengunyah sampah merayap dari emperan kumuh hingga ke puncak bintang lima dalam seribu malam yang tak pernah berhenti berebutan menuangkan pada wadahnya perasan manis buah pohon tipuan tubuh dan jiwa mereka terbakar dahaga api  maka ketika itu cahaya hati adalah kerumunan kunang-kunang yang menari dalam sorot lampu kota Bukit Alas, 04/11/'11

setiap malam adalah puisi yang tertulis pada setiap lembar mimpi yang dibacakan oleh sunyi lewat hembusan angin pada hati kami setiap malam adalah tarian yang gemulai mengikuti irama lagu jiwa yang dinyanyikan oleh denging serangga pada hati kami setiap malam adalah rindu yang melaju dalam gerak tanpa perhentian yang membubung jauh menembus kehampaan pada hati kami setiap malam adalah engkau yang dijemput dengan sujud yang penuh rindu pada hati kami

jembatan jiwa-jiwa adalah cinta yang kudus datang dari hati yang terang bersinar seperti cahya surya yang kemilau dihalus kulit mutiara yang dirindu setiap jiwa jembatan jiwa-jiwa adalah cinta