Wamen: sejarah beri kontribusi signifikan perubahan bangsa
Tidak kalah pentingnya bagi kami adalah ide-ide dan penemuan-penemuan baru yang terkait dengan sejarah Indonesia. Yang menjadi perhatian sejarawan kami dan sejarawan lain di dunia."
"Kita belajar atas peristiwa-peristiwa masa lalu. Tidak saja bagi negara Indonesia, tetapi juga negara lainnya di dunia," kata Musliar Kasim di sela acara pembukaan Konferensi Ke-22 "International Associations Of Historian Asia" (IAHA) di Bangsal Sasono Ondrowino, Keraton Surakarta, Solo, Senin malam.
Menurut dia, pemahaman sejarah adalah sebuah esensi bagian dari pencarian yang terus-menerus seperti juga dilakukan oleh negara-negara lain.
"Tidak kalah pentingnya bagi kami adalah ide-ide dan penemuan-penemuan baru yang terkait dengan sejarah Indonesia. Yang menjadi perhatian sejarawan kami dan sejarawan lain di dunia," katanya.
Menurut dia, dari Konferensi IAHA telah tumbuh menjadi kekuatan besar di dunia dinamika kehidupan di Asia dari masa lalu hingga sekarang dan menjadi kajian menarik.
"Satu hal yang membahagiakan bagi saya bahwa diberbagai kesempatan diserukan perlunya keseimbangan antara perkembangan ilmu pengetahui dan teknologi dengan aspek budaya," katanya.
Pengetahuan sejarah merupakan proses pembudayaan yang sangat penting, terutama untuk memenuhi perubahan-perubahan mendadak dan cepat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Kami berharap konferensi akan memberikan kontribusi dalam perkembangan sejarah, rujukan kebudayaan, dan peradaban dunia," katanya.
Konferensi Ke-22 IAHA di Solo ini diikuti sekitar 287 pembicara dari 25 negara di dunia, mulai Senin hingga Jumat (6/7).
Menurut Sekretaris Panitia Komite IAHA Restu Gunawan, konferensi tersebut merupakan asosiasi profesi yang bertujuan mengkaji dan mempromosikan penelitian sejarah di Asia.
Konferensi itu, kata dia, akan membahas antara lain mengingat masa lalu, mengalami masa kini, dan menjelajahi masa depan.
Pada pembukaan Konferensi IAHA di Solo juga dihadiri Presiden IAHA Azyumardi Azra dan sejumlah delegasi dan sejarawan dari 25 negara di dunia.
Indonesia sejak terbentukan IAHA pada tahun 1960 telah menjadi tuan rumah sebanyak tiga kali, yakni pertama 1974 di Yogyakarta; kedua, 1998 di Jakarta; ketiga, di Solo pada tahun ini.
Rencana penutupan Konferensi Ke-22 IAHA, kata dia, diselenggarakan di pelataran Candi Prambanan, Yogyakarta, Kamis (5/7) sekitar pukul 19.00 WIB, dilanjutkan pertunjukan sendratari Ramayana.
Komentar
Posting Komentar