Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Aku Mati Muda Kawan

Aku masih muda, kawan, usia yang seharusnya belajar mencintai hidup dan mimpi, tapi aku harus berpeluh di jalanan, menerobos lampu merah waktu, demi sesuap nasi. Pekerjaanku hanya ojek online, di punggungku menempel harapan keluarga, di genggaman tanganku, setir motor tua, yang tak pernah mengeluh meski diguncang lelah. Aku mati muda, kawan. Tubuhku remuk dilindas mobil polisi, yang lewat begitu saja, meninggalkan sirene panjang, sementara darahku perlahan mengering di aspal hitam jalanan. Aku rakyat kecil, kawan, yang hanya ingin pulang membawa nasi bungkus untuk ibu, yang selalu menungguku di depan pintu dengan doa sederhana: "Ya Allah, lindungi anakku di jalanan yang bengis." Namun malam itu, doa ibuku terhenti di ujung sajadah, saat kabar duka mengetuk jendela rumahnya. Tangannya gemetar, air matanya tak mampu ia bendung, suaranya pecah: “Anakku… mengapa kau pulang terbujur kaku, bukan dengan senyum letih yang biasa kau bawa?” Jangan tanyakan pad...

Melintasi Jiwa dan Semesta

Harapan menjelmakan cahaya di ujung malam, menerangi lorong-lorong gelap jiwa yang sunyi. Cinta, seperti api abadi, menghangatkan setiap hati, membakar sekat yang memisahkan kita dari Ilahi. Kegembiraan menari bersama angin, melahirkan tawa di pelukan waktu. Persahabatan hadir bagai sungai bening, mengalirkan kasih hingga samudera tak berbatas. Namun, kesedihan pun mengajarkan kita arti yang dalam, seperti hujan yang menyuburkan tanah gersang. Pengetahuan menjadi tangga menuju langit kearifan, membuka pintu menuju rahasia terdalam semesta. Kebijaksanaan ialah mutiara yang berkilau di dasar nurani, lahir dari luka, jatuh, dan bangkit kembali. Alam semesta berbicara dalam bahasa asing untuk dipahami, menyanyikan harmoni yang hanya terdengar oleh jiwa yang tenang. Dalam perjalanan ini, diri sendiri adalah cermin, yang memantulkan cahaya Tuhan yang kekal. Maka mendekatlah, wahai jiwa yang rindu, ke dalam pelukan Sang Kekasih Yang Satu.